Senin, 25 Mei 2009

Belajar Mewujudkan Mimpi sejak Belia

Sabtu, 3 Januari 2009 | 07:41 WIB

Oleh Nur Hidayati

”Suatu hari nanti aku akan membangun perusahaan penerbangan sendiri,” ujar Ridwan Zulfikar (15), siswa kelas III Madrasah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta.

Zulfikar tahu benar, jalan yang harus ditempuh untuk membangun perusahaan sendiri bakal panjang, tetapi ia yakin telah merintis jalan itu.

Sejak duduk di kelas I sekolah menengah pertama, Zul—demikian Zulfikar biasa dipanggil teman-temannya—bergabung dalam program perusahaan sekolah yang diperkenalkan Prestasi Junior Indonesia (PJI).

Jabatan Presiden Direktur Empire Student Company, begitu nama perusahaan sekolah ini, baru dilepas Zulfikar pekan lalu untuk persiapan Ujian Nasional 2009.

Zul dan kawan-kawannya mengelola perusahaan sekolah dengan modal awal Rp 250.000. Modal ini mereka dapat dari penjualan 25 lembar saham secara sukarela kepada guru dan siswa.

Masa kerja tim manajemen perusahaan sekolah ini selama satu tahun. Pada akhir masa kerja, perusahaan dilikuidasi, laba dibagi kepada pemegang saham, kemudian dibentuk lagi perusahaan baru dengan tim manajemen yang terdiri atas siswa-siswa baru pula.

”Dalam beberapa bulan operasional, perusahaan sekarang punya uang Rp 2.281.850, dengan laba bersih lebih dari satu juta rupiah,” ujar Zul.

Bukan nilai nominal itu yang menarik perhatian. Namun, kiprah siswa-siswa ini mengelola modal ternyata memberi mereka inspirasi untuk menjadi wirausaha.

Beragam kegiatan mereka lakukan, mulai dari berjualan cokelat buatan kerabat, menjual minuman pada jam istirahat di kelas-kelas di lantai atas yang cukup jauh dari kantin, hingga menyewakan alat makan dan sandal jepit untuk shalat bersama di sekolah.

Kegiatan paling seru tentu menggelar dagangan pada acara bazar, termasuk di pusat perbelanjaan.

”Sebagian barang kami jual dengan konsinyasi, kalau enggak laku dikembalikan. Ada juga yang kami beli putus. Rata-rata jualan harian atau bazar laku banget. Yang lambat perkembangannya tuh penyewaan sandal jepit,” ujar Lisky Nui (14), salah satu manajer di Empire Student Company.

Siswa-siswa ini juga belajar berbisnis di lingkungan yang lebih luas dari sekolah. Empire, misalnya, pernah berdagang barang kerajinan dengan 2K6 Student Company dari Ohio, Amerika Serikat, melalui internet.

Pada akhir masa jabatannya, mereka juga membuat evaluasi bisnis. ”Perusahaan sekolah ini perlu lebih banyak mengikuti bazar, bukan hanya saat pameran pelajar, ulang tahun sekolah, atau penerimaan rapor,” ujar Lisky Nui.

Tahun depan, di sekolah menengah atas, Zulfikar sudah membayangkan tahapan berikut untuk memperkaya pengalamannya berbisnis.

”Di SMA nanti, aku akan ikut jualan multilevel marketing. Ada banyak perusahaan seperti itu yang modal awalnya enggak besar dan jualannya jelas. Kalau enggak cocok di satu perusahaan bisa ganti yang lain. Yang penting bisa sekolah sambil jualan,” ujarnya.

Transformasi

Perusahaan sekolah bukan hanya ada di Madrasah Pembangunan. Lebih dari 70 sekolah di berbagai daerah di Indonesia saat ini mengikuti program yang dipromosikan PJI ini. PJI merupakan lembaga nonprofit yang berafiliasi dengan jaringan global Junior Achievement.

Program pendidikan kewirausahaan ini ditujukan untuk siswa dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, tentu dengan model yang berbeda-beda.

”Pendidikan kewirausahaan perlu dipelajari dari kanak-kanak. Di situ ada nilai kejujuran, inisiatif, kepercayaan diri, kemampuan memimpin, dan bekerja sama yang ditanamkan,” ujar Direktur Eksekutif PJI Marzuki Darusman.

Marzuki mencontohkan, perusahaan sekolah memunculkan transformasi diri bagi siswa-siswa sekolah menengah di Kutai Timur, Kalimantan Timur, misalnya, ketika mereka bisa menjual dodol salak kepada siswa sekolah menengah di Boston, AS.

Ada juga siswa sekolah yang memenangi kompetisi penyusunan rencana bisnis di Dublin, Irlandia.

Pelajaran berbisnis sejak belia bukanlah ”promosi” materialistis. Kewirausahaan justru mendorong seseorang menggali potensi diri dan lingkungannya serta berani berkreasi mengembangkan potensi itu.

Kemampuan tersebut bukan saja berguna bagi kalangan pebisnis. Kalangan birokrat juga perlu memiliki jiwa kewirausahaan agar ekonomi negara bisa maju tanpa korupsi.



Sumber : Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar