Selasa, 26 Mei 2009

Peranti Lunak Lokal Tumbuh Berkembang


januari 2009 | 18:52 WIB

BANDUNG, KAMIS — Industri peranti lunak lokal di Indonesia, khususnya Kota Bandung, terus tumbuh berkembang. Ini ditandai dengan makin bertambahnya perusahaan pembuat software (independent software vendor/ISV). Konten multimedia kreatif dan e-learning adalah ciri khas keunggulan software-software lokal.

Mengutip data dari International Data Corporation (IDC), pakar rekayasa software Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Romi Satria Wahono, Kamis (8/1), mengatakan, ISV di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 400 buah. Tahun 2006, jumlahnya 250. Sebanyak 50 di antaranya berasal dari Bandung. Jumlah tenaga ahli yang terlibat 72.000 orang.

Pendiri situs pembelajaran www.ilmukomputer.com ini mengatakan, keunggulan software yang dihasilkan ISV lokal ini terutama menyangkut konten-konten multimedia dan animasi yang biasa digunakan sebagai alat bantu pembelajaran ataupun e-learning. Ia mencontohkan software garapan Pesona Edukasi yang berhasil menembus pasar Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya.

Ia memandang, kreator-kreator dan arsitek software lokal di Indonesia tidak bisa lagi sekadar mengandalkan produk custom atau berdasarkan proyek-proyek pesanan, baik dari swasta maupun pemerintah. Di lain pihak, peluang software generik, yaitu produk yang bersifat massal, rentan kalah bersaing dengan produsen-produsen ternama dari luar negeri yang lebih dahulu ada.

Tren ke depan yang bisa dikembangkan adalah jenis software at service (peranti lunak berbasis pelayanan berjaringan). Yang dijual itu bukan lagi sekadar produknya, tetapi lebih diarahkan ke pelayanannya. Misalnya, sistem pajak dan akuntansi, ujarnya. Salah satu produsen lokal yang telah mengembangkan software jenis ini adalah Andal. Saat ini, masih sedikit ISV yang berani bermain di sektor ini.

SAS (software at service) inilah yang tengah kami bidik. Ke depannya, software-software jenis inilah yang prospektif. Model yang proprietary (produk berbayar) akan ketinggalan. Sebab, teknologi ke depan itu berbasis kolaboratif, ujar Ardian Febri (25), Managing Director Saklik. Perusahaan bisnis online yang bertempat di Bandung ini kini tengah mengembangkan Medresa, yaitu sistem konten manajemen e-learning. Produk ini adalah satu dari lima pemenang lomba Start Up Bisnis Industri Kreatif Inkubator Industri dan Bisnis (IIB) Institut Teknologi Bandung. Namun, ucapnya, produk berbasis SAS ini sangat membutuhkan dukungan infrastruktur berupa jaringan internet yang sangat baik.

Serap tenaga kerja

Pengamat teknologi informasi dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Budi Rahardjo saat dihubungi terpisah mengatakan, jumlah produsen software lokal maupun tenaga ahlinya masih terbilang minim. Idealnya, pada 2010, jumlahnya (produsen) itu sudah ribuan. Dalam kerangka BHTV (Bandung High Tech Valley), idealnya di 2010 itu ekspor software di Indonesia mencapai Rp 8 miliar, tuturnya.

Menurut penelitian IDC, dari estimasi tumbuhnya 1.100 perusahaan baru di tahun mendatan g, sektor kreatif ini bisa menyerap 81.000 tenaga kerja baru. Industri teknologi informasi ini pun akan menyumbangkan USD 1,1 miliar. Syaratnya, jika dikelola serius. Namun, kenyataannya, beberapa software house (ISV) di Bandung masih hidup - mati. Ada yang mati, muncul lagi yang lain, ucapnya.

Persoalan daya saing dan modal adalah kendala utamanya. Belum lagi, persoalan krisis finansial global. Dan, kecenderungan masih tingginya angka pembajakan software saat ini. License Compliance Manager PT Microsof t Indonesia Anti S Suryaman mengungkapkan, tingkat pembajakan di Indonesia saat ini mencapai 84 persen. Indonesia menempati posisi ke-12 besar pembajakan software di dunia.

Di sisi lain, Indonesia pun harus berlapang dada menyadari kondisi banyaknya tenaga ahli yang dibajak luar negeri. Ketua Kelompok Keahlian Rekayasa Software dan Data ITB Hira Laksmiwati Zoro mengatakan, lulusan berperstasi dari Teknik Informatika ITB banyak yang memilih bekerja di luar negeri. Produsen software di dalam negeri belum memberi peluang cukup menjanjikan untuk mereka.


Yulvianus Harjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar