Senin, 16 Maret 2009

Siswa Belajar Lesehan

Rabu, 4 Maret 2009 | 16:18 WIB

LAMONGAN, RABU — Meskipun luapan Bengawan Solo surut, sejumlah sekolah di wilayah Kecamatan Widang Kabupaten Tuban dan Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan hingga Rabu (4/3) masih tergenang. Sekolah yang tergenang itu di antaranya SMK 2 Widang, MIMA dan SMA NU Laren, SMP Negeri 2 Laren, MI Toriqotul Hidayah Centini dan SD Simorejo, Centini dan Durikulon.

Ada sekolah yang meliburkan siswanya. Namun, ada sekolah yang tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar meskipun harus mengungsi ke sekolah lain. MI Toroqotul Hidayah memilih meliburkan siswa kelas I-III dan kegiatan belajar mengajar untuk kelas IV hingga kelas VI dilangsungkan di TK Muslimat 08 Laren dengan lesehan.

Kepala MI Toriqotul Hidayah Centini Khoirul Anam ditemui di sela-sela mengajar mengatakan, sekolahnya memiliki 219 siswa. Kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke TK Muslimat yang masih satu yayasan sekitar 150 meter dari MI yang tergenang.

Kelas IV ada 43 siswa, kelas V 33 siswa, dan kelas VI 54 siswa. "Ya, anak-anak terpaksa belajar darurat seperti ini karena sekolah terendam. Yang penting mereka tetap sekolah karena ruangan TK terbatas ya hanya kelas IV sampai kelas VI yang lain diliburkan," tutur Khoirul Anam.

Sementara itu, SD Inpres Centini hanya melaksanakan kegiatan belajar-mengajar untuk kelas VI, kelas I sampai kelas V diliburkan. Salah seorang guru SD Inpres, Centini Kaswoto, mengatakan, sebanyak 18 siswa kelas VI diupayakan tetap masuk karena untuk persiapan khusus ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN).

Sementara itu, genangan di SMP Negeri 2 Laren dan SMA NU masih tinggi. Kegiatan sekolah khusus kelas akhir dialihkan di Kecamatan Sekaran. SMP Negeri 2 Laren melaksanakan KBM di MIMA Kendal, sedangkan SMA NU di SD Kedalon. Para siswa ke sekolah dengan jalan kaki atau naik perahu melintasi genangan.

Posisikan Siswa Secara Proporsional

Terpisah Direktur The Nagg Nafik pada Diklat Kepemimpinan Profesional Pengawas TK, SD, dan SD Luar Biasa di Lamongan, Rabu (4/3), mengatakan, sistem pembelajaran yang umumnya dilakukan di kelas-kelas selama ini lebih berorientasi pada target penguasaan materi. Meski metode ini terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Menurut Nafik, saat ini pendidikan masih didominasi pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. "Guru masih menjadi pusat pengetahuan, ilmu, dan sebagainya, sementara ceramah masih menjadi pilihan utama strategi pembelajaran," katanya.

Nafik mengenalkan konsep belajar dengan strategi beyond centers and circle time (BCCT). Konsep tersebut adalah konsep belajar di mana guru-guru menghadirkan dunia nyata dalam kelas sehingga mendorong siswa untuk bisa menghubungkan pengetahuan yang diterimanya dengan dunia nyata. "Dengan metode itu, pengetahuan yang diperoleh siswa bisa dijadikan bekal dalam dunia nyata, baik di masa sekarang, maupun di masa yang akan datang," paparnya.

Menurut Nafik, dunia anak adalah dunia bermain. Maka sudah selayaknyalah konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. "Pada intinya, bermain adalah belajar dan belajar adalah bermain. Sudah saatnya metode pengajaran menempatkan siswa pada posisi yang proporsional," ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Lamongan Musthafa Nur berharap agar peserta diklat tersebut bisa menyerap semua pengetahuan yang disampaikan. "Dengan menerapkan metode pembelajaran yang pas diharapkan akan menghasilkan siswa dengan pengetahuan yang memadai saat siswa dihadapkan pada persoalan kehidupan sehari-hari," katanya.


ACI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar